Periode Pembangunan

Periode Pembangunan Sejara Pura Satya Loka Arcana dilaksanakan sejak tahun 2004 sampai tahun 2009. Pada periode ini beberapa kegiatan yang dilakukan adalah pembentukan Banjar Ciangsana, Pembangunan Kori Agung, Bale Sekenem, Taman Sari, dll.

Periode Pembangunan 2004 - 2009

Pada tahun 2005 terjadi perkembangan yang cukup penting dalam keberadaan Pura Satya Loka Arcana, dimana terjadi konsolidasi dalam Paguyuban Hindu Dharma Kompleks TNI AL yang menjadi cikal bakal Tempek Ciangsana dan Tempek Cileungsi. Dua kelompok umat Hindu dari sekitar perumahan Villa Nusa Indah (yang tadinya bergabung di Sub-Tempek Jatiasih – Tempek Pondok Gede, pengempon Pura Taman Mini) dan Bumi Mutiara (yang baru terbentuk) menyatakan bergabung untuk menyungsung Pura Satya Loka Arcana. Dengan bergabungnya kelompok-kelompok ini, penyungsung Pura Satya Loka Arcana menjadi ~64 Kepala Keluarga.

Untuk memudahkan koordinasi dan administrasi, pada tanggal 3 April 2005[1], keempat kelompok umat Hindu tersebut sepakat untuk membentuk organisasi Banjar Suka Duka Hindu Dharma (SDHD), yang selanjutnya dikenal dengan nama Banjar Ciangsana, dengan pembagian kelompok (Tempek): Tempek Ciangsana, Tempek Cileungsi, Tempek Villa Nusa Indah, dan Tempek Bumi Mutiara. Ketua banjar pertama dijabat oleh Laksamana Pertama (Purn) I Ketut Teken Sartika, S.IP., yang nantinya akan menjabat sampai tanggal 19 Desember 2009.

1. PEMBANGUNAN SARANA FISIK PURA DAN PENUNJANGNYA

Dengan tambahan pengempon dari berbagai latar belakang profesi dan dukungan organisasi berupa Banjar, maka pembangunan Pura Satya Loka Arcana dimulai kembali, dimotori oleh Bapak I Nengah Sujana dan Bapak I Made Harta Wijaya, dari Tempek Vila Nusa Indah.

Pembangunan pertama yang dilakukan adalah pembuatan candi bentar untuk menunjukkan identitas dan keberadaan pura, dengan menggunakan tenaga bangunan Bali dari Lampung.

Paralel dengan pembangunan di atas, dirasakan perlu membuat masterplan pura yang nantinya akan dijadikan dasar dalam melakukan pembangunan. Mulai dengan pengukuran dan penandaan batas-batas lahan pura, masterplan dibuat dengan dibantu oleh Ida Bagus Gde Wirawibawa Mantra, dari Griya Seba Sari Renon Denpasar, yang merupakan seorang arsitek tradisional Bali yang berpengalaman dalam penataan beberapa pura besar di Bali, termasuk Pura Besakih. Masterplan awal ini selanjutnya diajukan ke Mabes TNI AL untuk disahkan[2]. Dalam perkembangannya dilakukan beberapa perubahan yang disesuaikan dengan kondisi yang ada.

Dengan perkembangan umat Hindu di sekitar Desa Ciangsana dan kebutuhan Banjar akan sarana untuk melakukan kegiatan, maka pada tahun 2006 dibangunlah Bale Gong, Bale Pertemuna, dan bangunan sekretariat merangkap gudang di area Madya Mandala. Bangunan-bangunan ini selanjutnya digunakan sebagai tempat kegiatan-kegiatan rutin Banjar, seperti rapat, arisan Tempek, sekolah minggu, mejejahitan, dll., serta kegiatan sosial lainnya seperti donor darah (dengan umat Hindu PT. Indosat, 2007) dan belajar menari melalui kerjasama dengan Sanggar Saraswati pimpinan Bapak I Gusti Kompyang Raka. Seluruh biaya pembangunan bangunan tersebut didapat dari haturan salah satu umat di Banjar Ciangsana.

Selanjutnya, pembangunan dilanjutkan ke Utama Mandala dengan membangun sarana persembahyangan berupa 2 (dua) buah Bale Seke Nem dan Bale Pawedan, dengan swadaya umat dan dikerjakan oleh Bapak Mangku Gora dari Cinere. Di samping itu dilakukan renovasi terhadap rumah penunggu pura, yang selanjutnya dijadikan Griya Pinandita.

Untuk melengkapi bangunan Pura, dibangunlah Kori Agung, Apit Lawang, Bale Pepelik dan Bale Kulkul Dilakukan juga renovasi terhadap candi bentar untuk menyesuaikan ketinggiannya dengan Kori Agung, penambahan candi bentar pintu samping, pengukiran tembok keliling Madya Mandala, penambahan patung penjaga candi bentar. Semua itu dikerjakan secara swadaya dengan tukang-tukang Bali dari Lampung.

Di saat yang sama Pura juga mendapat haturan berupa bangunan Taman Sari dan Taksu dari umat Hindu warga Banjar Ciangsana, melengkapi seluruh bangunan Pura Satya Loka Arcana.

Sebagai penunjang kegiatan Pura, dilakukan renovasi Bangunan Pinandita yang berada di depan lahan Pura dengan menambah ukiran ornamen Bali pada bangunannya. Dibangun juga dapur, kamar mandi, dan toilet, serta penataan lahan parkir dengan sepasang pintu gapura di luar area Tri Mandala.

Karena kebutuhan sarana yang makin besar, renovasi juga dilakukan di Bale Gong dengan penambahan emper yang digunakan sebagai tempat penyimpanan peralatan pura dan penyimpanan Baleganjur bantuan dari … Ini memaksimalkan penggunaan Gedung Sekretariat karena sebelumnya penggunaannya bercampur antara peralatan Pura, baleganjur, dan inventaris Banjar.

Hampir seluruh pembangunan fisik dalam periode ini dilakukan secara swadaya dalam bentuk haturan berupa bangunan dan sumbangan sukarela warga Banjar Ciangsana beserta kerabat dan relasinya. Belum ada proposal atau kegiatan terkait penggalian dana dilakukan mengingat eksistensi Pura Satya Loka Arcana saat itu belum terlalu terdengar di luar.

2. PERESMIAN PURA DAN NGENTEG LINGGIH

Dengan sudah lengkapnya sarana Pura dan sarana pendukungnya, maka dirasa perlu dan diberanikanlah untuk menetapkan keberadaan Pura Satya Loka Arcana, baik secara sekala melalui peresmian maupun secara niskala melalui upacara Ngenteg Linggih.

Mengingat upacara Ngenteg Linggih membutuhkan persiapan yang lebih panjang, maka dibentuklah Panitia Ngenteg Linggih pada tanggal 1 Maret 2009[3] dan Panitia Peresmian pada tanggal 2 April 2009[4], dengan target pelaksanaan peresmian pada tanggal 30 Juli 2009 dan Ngenteg Linggih pada tanggal 1 Agustus 2009 atau Saniscara Umanis Watugunung yang juga merupakan Hari Raya Saraswati dalam kalender Bali.

Ketua Panitia Peresmian Pura Satya Loka Arcana adalah Bapak  I Ketut Teken Sartika dengan Wakil Bapak  I Ketut Suarya (Danmenkav Komar) dibantu umat Hindu di lingkungan Mabes TNI AL, mengingat peresmian dilakukan oleh Kepala Staf TNI AL (saat itu) Bapak Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdijatno, S.H.

Acara Peresmian awalnya direncanakan pada hari Jumat tanggal 31 Agustus 2009 pukul 09.00, namun hasil audensi dengan Bapak KASAL pada hari Senin tanggal 27 Juli 2009 menetapkan waktu acara peresmian dimajukan menjadi hari Kemis tanggal 30 Juli 2009 pukul 10.00 WIB.

Acara Peresmian dihadiri oleh 142 orang (dari undangan sejumlah 150 buah, 8 orang dari Surabaya berhalangan hadir) pejabat teras Mabes TNI AL, TNI AD, TNI AU, PATI Hindu Mabes TNI, purnawirawan TNI, Ketua Umum Pengurus Pusat Jalasenastri, Dirjen Bimas Hindu, Sulinggih, Pinandita, dan anggota TNI Al wilayah Jakarta yang beragama Hindu, PHDI DKI, PHDI Kabupaten Bogor, Ketua Banjar se-Jabodetabek, serta undangan lainnya. Acara pokok saat itu adalah Sambutan Ketua Banjar sekaligus Ketua Panitia, sambutan KASAL, penandatanganan prasasti, pembacaan doa, hiburan dan ramah tamah, serta peninjauan pura di Mandala Utama.[5]

Dalam rangkaian Acara Peresmian ini tidak dapat dilupakan peran dan bantuan Bapak Ketut Suarya dari Cilandak yang mengerahkan personelnya dalam membantu semua persiapan dan perlengkapan acara peresmian, sehingga banyak biaya yang dapat dikurangi tanpa mengurangi kelancaran dan kesuksesan acara.

Panitia Upacara Ngenteg Linggih diketuai oleh Bapak (saat itu) I Made Pahit dengan wakil Bapak I Made Harta Wijaya. Rangkaian upacara diawali dengan tangkil/matur ke Ratu Pedande Griya Lenteng Agung, Ida Pedande Gede Panji Sogata, yang selanjutnya menjadi Manggala Upakara, serta nangkil ke Griya Mekar Sari Cibubur sebagai Srati Banten.

Dalam pelaksanaannya, upacara Ngenteg Linggih dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:

  1. Selasa, 7 Juni 2009: Matur Piuning oleh Pemangku
  2. Selasa, 7 Juli 2009: Netegan Karya oleh Pedande Lanang – Istri
  3. Kemis, 30 Juli 2009: Mepepada oleh Pedande, dan membuat ulam caru
  4. Jumat, 31 Juli 2009: Mecaru Panca Klod, Nyapuh, Melaspas, Mepedagingan, Mewinten Pemangku
  5. Sabtu, 1 Agustus 2009: Rsi Gana, Eka Sata oleh Pedande

Ngenteg Linggih

Wayang Kulit Lemah

Topeng Side Karya

Tari Rejang Dewa

Piodalan I, Persembahyangan Umat

Dharma Wacana

  1. Minggu, 2 Agust 2009: Persembahyangan Umat oleh Pedande
  2. Senin – Selasa,

3 – 4 Agustus 2009:                Nyejer oleh Pemangku

  1. Rabu, 5 Agustus 2009: Nyineb, Resi Bojana, Nyegara Gunung oleh Pedande

Saat itu pralingga/pekuluh dari Pura se-Jabodetabek yang dimohonkan datang/rauh sebanyak 18, namun yang bisa hadir hanya 15 pralingga[6], yaitu: Pura Cilincing, Tanah Abang, Cibinong, Jelambar, Halim Perdana Kusuma, Lenteng Agung, Depok, Bekasi, Cilandak, Cibubur, TMII, Kelapa Dua, Bogor Kota, Cijantung, dan Gunung Salak.

Sementara pralingga/pekuluh yang tidak dapat hadir adalah Pura Dharma Sidhi Cileduk, Pura Amerta Jati Cinere, dan Pura Amerta Sari Rempoa.

Pada upacara ini, sesuai dengan arahan Ida Pedande, panitia juga nuwur tirtha di beberapa Pura di Bali, yaitu Pura Besakih, Pura Ulun Danu, dan Pura Sidakarya yang pelaksanaannya dilakukan oleh keluarga Bapak I Made Djaya, dari Denpasar.

Untuk menunjang kegiatan-kegiatan Pura sesudah ngenteg linggih, pada kesempatan itu dilakukan pewintenan 10 (sepuluh) orang pemangku lanang – istri, yang merupakan pemangku-pemangku awal Pura Satya Loka Arcana, yaitu: Mangku Ida Bagus Adnyana dan Istri, Mangku Wayan Susila dan Istri, Mangku Nyoman Arimbawa dan Istri, Mangku Rustam, Mangku I Gusti Komang Suta Wijaya dan istri, dan Mangku Dwijo.

Upacara Ngenteg Linggih dapat dikatakan sukses dan lancar berkat partisipasi dan ngayah semua warga Banjar Ciangsana serta dukungan dari umat Hindu lainnya baik di Jabodetabek maupun beberapa kota lain, baik berupa tenaga, materi, maupun doa. Namun tanpa mengurangi penghargaan dan rasa hormat kepada semuanya, perlu diberikan penghargaan khusus kepada Bapak Nyoman Arimbawa (selanjutnya menjadi Bapak Mangku Nyoman Arimbawa, Tempek Bumi Mutiara) yang bersedia cuti dari pekerjaannya dan berbulan-bulan ngaturin ayah di pura untuk menyiapkan hampir semua wewangunan ngenteg linggih. Di samping itu perlu dicatat juga ayahan Banjar Bekasi sebagai sekehe gong saat upacara Ngenteg Linggih.

Walaupun periode ini dipenuhi dengan kegiatan pembangunan fisik dengan puncaknya berupa Acara Peresmian dan Upacara Ngenteg Linggih Pura Satya Loka Arcana, namun kegiatan-kegiatan lain yang bersifat pembinaan umat dan pengenalan eksistensi Pura Satya Loka Arcana sudah mulai dikerjakan.

Konsolidasi organisasi Banjar Ciangsana melahirkan AD/ART Banjar Ciangsana yang pertama kali ditetapkan pada 6 Nopember 2006.

Cikal bakal pasraman, yang bertujuan untuk meningkatkan sumber daya manusia khususnya generasi muda Hindu dan sekaligus sebagai pembinaan rohani, sudah mulai dirintis dengan memanfaatkan Bale Gong dan Bale Pertemuan dengan jumlah siswa ~40 orang dengan klasifikasi mulai SD dan SMP. Pasraman saat itu diketuai oleh Bapak I Nengah Sujana dan bendahara Ibu Ketut Sunarba.

Dengan adanya seperangkat Baleganjur sumbangan …, warga Banjar Ciangsana secara rutin berlatih menggunakannya dan mulai mempunyai sekehe Baleganjur sendiri.

Pada periode ini juga secara rutin Banjar Ciangsana melakukan kegiatan ngayah dan ngiring pralingga ke Pura-Pura se-Jabodetabek saat hari piodalan di Pura-Pura tersebut.

Pada akhir periode ini (Desember 2009) jumlah penyungsung Pura Satya Loka Arcana sebagai warga Banjar Ciangsana sudah berkembang menjadi 93 Kepala Keluarga[7], sementara struktur fisik Pura dapat dikatakan sudah lengkap sebagai tempat ibadah umat Hindu, seperti dapat dilihat pada Lampiran dokumen ini.

[1] Memorandum Serah Terima Jabatan Ketua Banjar Ciangsana, hal. 2, 19 Desember 2005

[2] Rencana Pelaksanaan Peresmian Pura Satya Loka Arcana Komplek Rumdisjab TNI AL Ciangsana – Bogor Tanggal 30 Juli 2009, Panitia Peresmian Pura Satya Loka Arcana, Mei 2009

[3] Rencana Garis Besar Pelaksanaan Ngenteg Linggih Pura Satya Loka Arcana Tahun 2009, Panitia Pelaksana Ngenteg Linggih Pura Satya Loka Arcana, Mei 2009

[4] Rencana Pelaksanaan Peresmian Pura Satya Loka Arcana Komplek Rumdisjab TNI AL Ciangsana – Bogor Tanggal 30 Juli 2009, Panitia Pelaksana Peresmian Pura Satya Loka Arcana, Mei 2009

[5] Laporan Pelaksanaan Kegiatan Dan Pertanggungjawaban Panitia Acara Peresmian dan Upakara Ngenteg Linggih Pura Satya Loka Arcana Tahun 2009, Panitia Peresmian Dan Ngenteg Linggih Pura Staya Loka Arcana, 12 September 2009

[6] Ibid, hal. 6

[7] Memorandum Serah Terima Jabatan Ketua Banjar Ciangsana, hal. 10, 19 Desember 2009

Galeri Pembangunan Kori Agung

Pembangunan Kori Agung

Galeri Photo Pembangunan Struktur Kori Agung