pura gunung salak

Pura Gunung Salak

Sekilas Sejarah Pura Gunung Salak dan Tuntunan Persembahyangan di Pelinggih

Pura Gunung Salak adalah Pura Agung yang indah untuk persembahyangan umat Hindu.  Sering kali pura ini di samakan dengan Pura Besakih kecil di luar Bali.  Pura ini letaknya di Kabupaten Bogor Jawa Barat.  Untuk mencapai ke tempat ini kira – kira harus menempuh jarak 60 – 70 km dari Jakarta.

Nama sesungguhnya Pura Gunung Salak adalah Pura Parahyangan Agung Jagatkartta (PAJK).  Pura ini ditetapakan oleh PHDI sebagai salah satu Pura Padma Buana, yang melambangkan simbol 9 arah mata angin.

Untuk pergi ke Pura Gunung Salak bisa di tempuh melalu jalan tol  Jagorawi.  Dari Jakarta keluar pintu tol exit Bogor. 

Sekilas Tentang Pura Gunung Salak

Pura Gunung Salak adalah salah satu pura terbesar yang ada di luar pulau Bali.    Secara geografi letak pura ini masuk di area kabupaten Bogor, letaknya di daerah ketinggian gunung salak.  Di Kab Bogor ada beberapa pura lainnya, seperti pura jonggol, pura Sentul, pura Ciangsana, serta pura Cibinong.

Walaupun letaknya di kaki gunung, Pura Gunung Salak ini masih mudah di jangkau dengan kendaraan roda 2 dan 4.  Bahkan saat adanya pujawali, banyak juga bisa besar bisa naik dekat dengan pura.

Untuk umat Hindu, pergi ke Pura Gunung Salak selain untuk melaksanakan persembahayangan juga mendapatkan pemandangan asri.  Bahkan belakangan ini juga beberapa masyarakat lainnya juga menjadikan pura ini untuk bertamasya religi.  Mengingat Pura sebagai tempat ibadah, bisa menumbuhkan toleransi.

Dari pemelihara Pura Gunung Salak memberikan keleluasan masyarakat untuk berkunjung kesini.  Namun, pada tempat tertentu untuk persembahyangan tetap ada pembatasan.  Bagi masyarakat non – Hindu, juga diberikan kebebasan melaksanakan persembahyangan dengan caranya sendiri. 

denah pura gunung salak
Denah Pura Gunung Salak

Pura Gunung Salak Yang Asri Dengan Style Bali

Tanda memasuki area Pura Gunung Salak ini adalah adanya dua buah patung Harimau, di sisi kanan dan kiri.  Dari sinilah pintu utama menyambut umat maupun masyarakat yang akan berkunjung.  Menurut pengurus Pura, nantinya akan ada rencana perbaikan pintu masuk ini.

Material bangunannya menggunakan jenis batu candi hitam, sehingga bentuk bangunan mirip sekali dengan pura yang ada di Bali.  Tidak saja pada Padmasana, hampir semua pelinggih Pura Gunung Salak ini materialnya menggunakan batu candi warna hitam.

Pintu Masuk Utama Pura Gunung Salak

Dengan area yang luas, maka tatanan pelinggih sangat sempurna.  Serta perbedaan letak ketinggian antara Utama Mandala, Madya Mandala dan Nista Mandala sangat jelas pebedaan ketinggiannya.

Level ketinggian Pura Gunung Salak dimulai dari pintu masuk dengan melalui anak tangga, jumlahnya 40 – 50 step.  Dari sini sampai di area nista mandala dan dilanjutkan menaiki tangga 30 – 40 menuju arah madya mandala.  Dari madya mandala menuju utama mandala akan melalui 30 – 40 step lagi.

Fasilitas dan Kelengkapan Pura Gunung Salak

Fasilitas dari Pura Gunung Salak ini dimulai dengan fasilitas parkir seluas 1 hektar dengan struktur lantai beton.  Dengan parkir yang luas, tentunya akan bisa menampung ratusan kendaraan penumpang, bahkan bus.  Selain area parkir ini, jika acara besar bisa juga memanfaatkan jalanan sepanjang 3 – 4 km dari pura.

Pura Gunung Salak juga dilengkapi dengan toilet yang jumlahnya cukup banyak.  Toilet ini dipisahkan antara untuk pria dan wanita.  Toilet ini juga sering digunakan untuk pergantian pakaian, untuk umat sedharma yang kebetulan datang dari jauh.  Tidak saja untuk toilet, juga ada fasilitas untuk mandi dengan sumber air gunung yang alami.

Pura juga memiliki area dapur yang cukup besar, bahkan pada saat ada yadnya pujawali bisa melayani ribuan umat yang tangkil.  Fasilitas Pura Gunung Salak lainnya adalah tempat penginapan pura atau fasilitas pasraman.  Bagi mereka yang datang dari jauh dan membutuhkan tempat tidur untuk mekemit di pura, sudah ada fasilitasya.

Panduan Menuju Pura Gunung Salak

Pura Gunung Salak adalah area di daerah Ciapus, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor.  Jalan menuju pura bisa menggunakan bus besar, namun sebaiknya bus sedang.  Jika menggunakan bus, sebaiknya tidak pada hari minggu.  Mengingat traffic pasti lebih padat bus susah bergerak.

Cara paling umum ke Pura Gunung Salak adalah menggunakan kendaraan pribadi, baik mobil atau motor.  Jalur mobil biasanya melalui jalan tol Jagorawi.  Dari sini ambil exit di Bogor dan meneruskannya ke arah Ciapus atau Ciomas.  Sedangkan dengan motor lebih banyak alternatifnya, misalnya lewat jalan Raya Bogor.

Pergi ke Pura Gunung Salak pada hari minggu pastinya akan lebih macet dari hari biasa, terutama di daerah sekitar kota bogor.  Namun, asyiknya ke pura pada hari minggu adakah akan lebih banyak bertemu umat atau masyarakat yang berkunjung.

Di sekitar kota Bogor sebelum ke Gunung salak, ada juga pura lainnya yaitu Pura Giri Kusuma.  Di bawah ini google map posisi Pura Gunung Salak.

Sejarah Singkat dan Nama Pura Gunung Salak

Pada dokumen Purana Pura Parhayangan Agung Jagatkartta Gunung Salak tahun 2021, disebutkan sejarah singkat pendirian Pura Gunung Salak.  Pada tahun 1995, dimulai membangun sebuah candi yang diyakini sebagai petilasan Prabu Siliwangi.  Pada masanya adalah raja termasyur dan sangat dipuja oleh leluhur tanah Sunda.

Prabu Siliwangi dengan sesanti pemerintahannya ” Tata Tentram Kertha Raharja”, telah membawa jaman keemasan bagi Pajajaran, kerajaan Hindu terakhir di Tanah Parahyangan.

Kehidupan masyarakat dijalankan berdasarkan penghormatan kepada ajaran leluhur ”Sang Hyang Dharma dan Sang Hyang Siksa”. Masa jaya ini berlangsung selama pemerintahan beliau tahun 1482-1521, dan dilanjutkan putranya Raja Surawisesa, tahun 1521-1535. Semua ini tertera pada prasasti batu bertulis di jalan Batutulis Bogor, yang dibuat tahun Caka 1455 atau 1533 M.

Pembangunan Pura Gunung Salak dianggap selesai ditandai dengan upacara pemelaspasan tanggal 22 April 1996. Setahun kemudian pada 14 Mei 1997 dilanjutkan  pembangunan padmasana, dan dilaksanakan upacara pemelaspasan tanggal 05 Maret 2000.

Nama Tempat Suci Pura Gunung Salak

Pada hari Minggu tanggal 11 Juni 2005, beberapa Sullinggih melakukan paruman.   Beliau adalah sulinggih yang tinggal di Bali, Jakarta, Bogor, Tanggerang, Bandung, Lampung, termasuk dharma adhyaksa PHDI Pusat. 

Salah satu bhisama adalah memberikan nama Pura Gunung Salak dengan nama  ”Parahyangan Agung Jagatkartta”.  Ini diambil dari philosofi penciptaan alam semesta, dimana ketika Hyang Widhi menciptakan alam semesta bergelar sebagai Sang Hyang Jagatkartta.

Wilayah Pura Gunung Salak ini juga dikenal sebagai desa dan sekaligus kecamatan Tamansari.  Kemudian kata “Tamansari Gunung Salak” menjadi kesatuan utuh tak terpisahkan.  Melekat dengan nama pura, sehingga secara lengkap menyebutnya sebagai ”PARAHYANGAN AGUNG JAGATKARTTA TAMANSARI GUNUNG SALAK”.

  • Parahyangan berarti tempat Hyang Widhi;
  • Agung berarti besar, mulia;
  • Jagat berarti bumi;
  • Kartta berarti lahir, muncul;
  • Tamansari berarti tempat yang indah.

Keseluruhan nama tersebut mengandung makna : ”Tempat suci ini sebagai stana Tuhan Yang Maha Agung, adalah tempat yang indah dan mulya, berlokasi di kecamatan Tamansari Gunung Salak, Bogor Jawa Barat”.

Kapan Pujawali Pura Gunung Salak?

Pujawali di beberapa pura di JaBoDeBaBek sering kali melaksanakannya dua kali dalam setahun.  Namun Pura Gunung Salak melaksanakannya hanya sekali dalam setahun. 

Penetapan waktu Pujawali Pura Gunung Salak ini adalah bagian dari salah satu bhisama dari 4 point.  Adapun ketetapan bhisama mengenai pujawali adalah pada hari Purnama sasih Katiga.

Salah satu pertimbangannya adalah bahwa sebagian besar pura di JaBoDeBaBek melaksanakan pujawali pada Purnama Sasih Kapat dan Kalima.  Pada Sasih Katiga ini kesibukan umat relatif lebih rendah.  Untuk itu sasih katiga di tetapkan sebagai tegak pujawali pada saat upakara Ngenteg Linggih tanggal 18 September 2005.

Sejak ngenteg linggih ini, Pura Gunung Salak melaksanakan pujawali setiap tahunnya pada purnama sasih katiga.

Tidak seperti pura – pura yang ada di JaBoDeBaBek mempunyai pengempon yang pasti dari Banjar, maka di Pura Gunung Salak pengemponnya adalah PHDI Provinsi Jakarta, Jawa Barat dan Banten. Sehingga ketiga pujawali, maka umat di tiga provinsi ini yang bahu membahu melaksanakannya.

Pelaksanaan Pujawali

Pelaksanaan Pujawali di Pura Parahayangangan Agung Jagatkartta akan melibatkan umat dari 3 provinsi, yaitu DKI, Jawa Barat dan Banten.  Setiap pelaksanaan pujawali biasanya di ikuti juga dengan kegiatan yang berhubungan yadnya dan non-yadnya.  Kegiatan yadnya misalnya santi puja oleh pinandita PSN.

Disamping itu para kelian Banjar seJabodebabek juga akan mengerahkan sebagian besar warganya untuk ngayah untuk mendukung pujawali.  Juga banyak melibatkan lomba ibu – ibu serta pelatihan anak – anak muda yowana dharma.

Dimana Saja Melakukan Persembahyangan di Pura Gunung Salak?

Di Pura Parahyangan Agung Jagatkartta ini ada beberapa pelinggih, sehingga perlu mengetahuinya satu persatu.  Uraian mengenai urutan persembahyangan di Pura Gunung Salak membantu bagi umat sedharma yang mungkin belum pernah ke pura ini. 

1. Pelinggih Pertama Di Jalan Sebelum Kawasan Pura Gunung Salak

Pelinggih ini letaknya jauh di luar Pura Gunung Salak, jaraknya kurang lebih 2 km dari kawasan pura.  Pura ini berfungsi untuk mohon ijin kita sebelum melaksanakan persembahyangan di Pura Parahyangan Agung Jagatkartta.

Jika umat sedharma yang hendak melakukan persembahnyangan dengan membawa kendaraan, sebaiknya menepi sebentar.  Untuk yang membawa mobil, karena persis ada di tikungan menurun sebaiknya posisi mobil harus menepi.

pura gunung salak
Pelinggih Pertama Sebelum Ke Kawasan Pura Gunung Salak

Sesungguhnya di pelinggih ini hanya berdoa sebentar, dan selanjutnya melanjutkan perjalanan ke kawasan Pura Gunung Salak.  Setelah dari sini membutuhkan waktu 5 menit saja untuk sampai di kawasan pura.  Disini cukup mengaturkan canang sari, atau kalau tidak membawa cukup dengan dupa.

Pelinggih ini mungkin juga sebagai tanda bahwa kita sudah memasuki perbatasan area kawasan Pura Gunung Salak.  Pada pelinggih ini bagi umat yang melaksanakan persembahyangan, biasanya hanya menghaturkan canang sari saja. 

Matur-atur Dengan Canang Sari

2. Pelinggih di Gerbang Pintu Utama Pura Gunung Salak

Setelah tiba di kawasan Pura Gunung Salak, dan sebelum masuk pintu utama akan melihat pelinggih ini di sisi kanan.  Usahakan disini juga matur – matur dengan menghaturkan banten dan berdoa.

Matur-atur di Pelinggih Pintu Masuk Utama

Setelah menaiki anak tangga pada pintu masuk, maka akan memasuki area nista mandala.  Biasanya umat tidak langsung naik ke atas, melainkan mempersiapkan banten di bale – bale “pesandekan” (gazebo) yang khusus disiapkan.

Setelah mempersiapkan banten dan akan menuju ke area madya mandala, sebaiknya melakukan peketisan dengan tirta yang ada di sisi kiri dan kanan.  Di area nista mandala juga sudah mulai melepas alas kaki, karena begitu naik ke madya mandala tidak diperkenankan menggunakan alas kaki.

Tirta Pelukatan Sebelum Naik Ke Madya Mandala
Toilet dam Kamar Mandi Yang Bersih

Sebaiknya juga sebelum menuju pelinggih – pelinggih lainnya di Pura Gunung Salak, bisa memanfaatkan toilet di sisi bawah.  Karena tidak ada tempat lainnya yang menyiapkan toilet di area pura.

3. Pelinggih Sri Ganesha

Setelah menaiki tangga dari area nista mandala ke area madya mandala Pura Gunung Salak, maka akan melihat pelinggih pertama yaitu pelinggih pemujaan Sri Ganesha.  Hampir sebagian besar umat yang datang bersembahyang, akan memulainya dari tempat ini.

Persembahyangan di Pelinggih Sri Ganesha

Pada pelinggih Sri Ganesha ini biasanya tidak ada Pemangku, sehingga persembahyangannya secara pribadi masing – masing.  Di tempat ini umumnya tidak melaksanakan trisandya, hanya melakukan panca sembah.  Namun tentu tergantung hal yang privacy masing – masing. 

4. Pelinggih Ratu Gede Dalam Ped

Masih di area madya mandala Pura Gunung Salak, setelah melaksanakan persembahyangan di Pelinggih Sri Ganesaha selanjutnya melanjutkannya di Pelinggih Ratu Gede Dalem Ped.

Pada hari minggu dimana umat sedharma banyak yang tangkil, maka biasanya selalu ada pinandita yang memimpin persembahyangan.  Disini umat sedharma bisa mengaturkan banten, ataupun canang sari.

Persembahyangan di Pelinggih Ratu Gede Dalam Ped

Setelah melakukan persembahyangan, terkadang sering juga pinandita menyediakan “benang tri datu” sebagai paica di pelinggih ini.  Bagi umat yang memiliki rejeki atau yang “mesesaudan” juga bisa menghaturkan punia barang atau punia tunai pada kotak punia.

5. Pelinggih Padmasana Di Area Utama Mandala

Di area utama mandala Pura Gunung Salak ini adalah pelinggih utamanya yaitu padmasana.  Umat sedharma yang akan melakukan persembahyangan, pasti tujuan utamanya adalah melaksanakan persembahyangan di padmasana.

pura gunung salak
Area Utama Mandala Dengan Padmasana dan Pelinggih Petilasan Prabu Siliwangi

Ada sesuatu yang berbeda di Pura Gunung Salak ini, yaitu adanya pelinggih Petilasan Prabu Siliwangi.  Sebagai wujud keberadaan beliau sebagai penguasa daerah pansundan, maka pelinggih ini diletakkan di area utama mandala.

6. Pura Taman Sari

Setelah melakukan persembahyangan di Padmasana, maka umat sedharma bisa melanjutkannya ke Pura Taman Sari.  Pura ini letaknya lebih atas dari pada Padmasana.  Persembahyangan disini, biasanya tidak di pimpin oleh pinandita.  Namun sebaiknya tetap menghaturkan banten di pelinggih taman sari.

Pura Taman Sari
Area Pura Taman Sari dari Sisi Depan

7. Pura Pasar Agung dan Melanting

Pura Pasar Agung dan Melanting letaknya ada di sebelah Pura Taman Sari.  Pura ini paling terakhir penyelesaiannya, dan sejak tahun 2022 baru dilakukan ngenteg linggih.  Seperti Pura Melanting dan Pasar Agung di Bali, umumnya pura ini berfungsi untuk memohon kelancaran rejeki.

Pura Pasar Agung dan Melanting ini adalah sebagai pelengkap tatanan pelinggih di kawasan komplek Pura Gunung Salak yang ada dalam pengelolaan Yayasan Giri Tamansari.  Yayasan ini yang mengelola pemeliharaan dan pembangunan fasilitas di kawasan ini.

pura pasar agung dan melanting
Tampak Depan Pura Pasar Agung dan Melanting
Padmasana Pasar Agung dan Gedong Penyimpanan Melanting

Pura Pasar Agung dan Melanting ini merupakan pura yang bersifat fungsional karena sebagai tempat untuk memuja Ida Bhatari Melanting atau Dewi Melanting memohon kemakmuran, kesuburan, keselamatan dan agar dilancarkan dalam usaha dagang.

Untuk itu umat sedharma dan bahkan masyarakat umum yang mempunyai usaha sebaiknya melakukan persembahyangan disini.  Tentu tujuannya agar kegiatan usaha  dilancarkan. 

Mana Yang Lebih Baik Ke Padmasana Lebih Dulu atau Ke Taman Sari & Pasar Agung?

Ketika melaksanakan runtutan persembahyangan di Pura Gunung Salak, sering kali ada pertanyaan apakah ke Utama Mandala atau ke Taman Sari terlebih dahulu.  Dari beberapa sumber pinandita keduanya boleh dilaksanakan.  Sehingga tidak ada kata keliru atau salah dalam melaksanakannya.

Ketika umat sedharma melaksanakan persembahyangan di Pura Gunung Salak, maka bisa melaksanakann dengan urutan OPTION 1 sebagai berikut : a) Pelinggih Sri Ganesha b) Pelinggih Ratu Gede Dalem Ped  c) Utama Mandala (Padmasana)  d) Pura Taman Sari  e) Pura Pasar Agung.

Sedangkan OPTION 2 sebagai berikut : a) Pelinggih Sri Ganesha b) Pelinggih Ratu Gede Dalem Ped  c) Pura Taman Sari  d) Pura Pasar Agung e) Utama Mandala (Padmasana).

Pengamatan selama ini urutan persembahyangan di Pura Gunung Salak lebih sering memilih OPTION 1.  Hal ini mengingat setelah persembahyangan di utama mandala, bisa langsung ke are Pura Taman Sari.  Dan setelah itu bisa langsung menuju parkir untuk bergegas pulang ke rumah.

Pura Parahyangan Agung Jagatkartta Sebagai Padma Buana Nusantara

Status Pura Gunung Salak – Pura Parahyangan Agung Jagatkartta walaupun letaknya ada di Jawa Barat, namun merupakan pura dengan status Pura Kahyangan Jagat. Artinya pura ini bisa dimanfaatkan oleh seluruh umat Hindu dari manapun.

Disamping itu Pura Parahyangan Agung Jagatkartta ini sudah di tetapkan oleh PHDI Pusat sebagai Pura Padma Bhuana.

Seperti Pura Padma Bhuana yang di tetapkan di Bali, maka Padma Bhuana Nusantara adalah 9 pura di Indonesia sebagai perwakilan simbolis 9 mata angin. Adapun Padma Bhuana di Bali sebagai berikut :

  • di Timur Laut Pura Besakih
  • di Timur Pura Lempuhyang Luhur
  • di Tenggara Pura Goa Lawah
  • di Selatan Pura Anda Kasa
  • di Barat Daya Pura Luhur Ulu Watu
  • di Barat Pura Watu Karu
  • di Utara Pura Batur
  • di Tengah Pura Pusering Jagat

Penetapan sembilan Pura di sembilan arah Nusantara itu adalah untuk menjabarkan konsepsi pendirian Pura Kahyangan Jagat menggunakan simbolis arah mata angin Dewata Nawa Singa.  Ketetapan ini merujuk dari ketetapan PHDI Pusat No. No.8/XII/2010. 

Adapun Pura yang termasuk Padma Bhuana Nusantara sebagai berikut :

  • di Timur Laut, Pura Agung Jagadhita – Manado, Sulut
  • di Timur, Pura Agung Surya Bhuvana – Jaya Pura, Papua
  • di Tenggara, Pura Oebanantha – Kupang, NTT
  • di Selatan, Pura Luhur Uluwatu – Badung, Bali
  • di Barat Daya, Pura Parahyangan Agung Jagatkartta – Kab. Bogor, Jawa Barat
  • di Barat, Pura Agung Sriwijaya – Palembang, Sumatera Selatan
  • di Barat Laut, Kuil Agung Shree Mariyaman – Medan, Sumatera Utara
  • di Utara, Pura Agung Giri Jagat Natha – Tarakan, Kalimantan Utara
  • di Tengah, Pura Agung Pitamaha – Palangkaraya, Kalimantan Tengah

Kesimpulan:

  1. Usahakan melakukan matur – matur di Pelinggih luar dekat jembatan sebelum ke Pura Gunung Salak.
  2. Umat sedharma yang akan melakukan persembahyangan ke Pura Gunung Salak, mempersipkan 7 kali sarana untuk persembahyangan.
  3. Kebutuhan Banten paling tidak menyiapkan 3 – 4 banten, yaitu di Pelinggih Ratu Gede Dalam Ped, di Padmasana, di Pura Taman Sari dan di Pura Pasar Agung dan Melanting