Bagaimana Pelaksanaan Santi Puja Di Pura?

Santi Puja di Pura adalah doa bersama yang dilaksanakan oleh Pinandita dan umat, di Pura yang akan melaksanakan Pujawali

Apakah Santi Puja dan Bagaimana Pelaksanaannya?

Santi Puja umat bersama Pinandita di Jabodebabek pada umumnya dilaksanakan pada saat suatu pura melaksanakan Pujawali (Piodalan Agung).  Waktu pelaksanaanaan pada umumnya 1 – 7 hari sebelum waktu Pujawali.  Istilah lain dalam penulisan juga sering menggunakan Santhi Puja atau Shanti Puja.

Gagasan pelaksanaan santi puja ini datangnya dari persatuan Pinandita Sanggraha Nusantara yang dikenal dengan akronim PSN.  Tidak saja di Jabodebabek, PSN juga menginisiasi agar bisa dilaksanakan di seluruh pura-pura Indonesia.

Pelaksanaan santhi puja ini biasanya dihadiri oleh sebagian besar pinandita di jabodebabek.  Bahkan jumlah pinandita yang hadir lebih dari 100 orang.  Hal yang paling menggugah adalah ketika seluruh pinandita membunyikan genta secara bersamaan. 

Apakah Yang Dimaksud Santi Puja?

Santi Puja adalah doa bersama yang dilaksanakan oleh kumpulan Pinandita di suatu pura. Di area pura Jabodebabek pelaksanaanya di hadiri oleh Seorang Sulinggih atau lebih bersama Ketua PSN.   Serta hampir semua anggota PSN yang jumlahnya ratusan di undang untuk hadir.

Untuk pengempon atau pengurus Pura, kegiatan santi puja ini bisa juga menjadi punia “Rsi Yadnya”. Hampir sebagian besar pengurus pura ketika bisa melaksanakannya menyisipkan sesuatu berupa “gift” yang bisa digunakan oleh pinandita.

Hampir sebagian besar pelaksanaan santhi puja mengambil waktu pada malam hari. Tetapi bisa juga di siang hari ketika ada acara lainnya yang dilaksanakan bersamaan.

Doa dari pinandita pada acara santi puja ini sekaligus mendoakan agar yadnya di pura berjalan tanpa halangan. Dengan kehadiran pinandita tidak saja mendokan yadnya, tapi sekaligus mengenal pura – pura di Jabodebabek.  Serta umat Hindu mengenal semakin banyak pinandita.

santi puja

Bagaimana Cara Pelaksanaan Santi Puja?

Pelaksanaan santi puja umumnya dilaksanakan di Utama Mandala, seluruh pinandita lanang dan istri bersila dan metimpuh di tempat duduk (asana).  Apabila pelaksanaannya malam hari, biasanya disertai dengan mematikan lampu.

Tidak saja pinandita yang hadir, sering kali mengundang para manggala (kelian Banjar).

Tata Cara Pelaksanaan Santi Puja

1.  Sulinggih atau Pinandita sebagai Manggala Mepuja yaitu Matur Piuning dengan Upakara Banten Pejati.  Pada matur piuning ini, bahwa pinandita dan umat ngaturang bakti agar yadanya berjalan lancar.

Ketika Genta sang Manggala berbunyi, Pinandita Lanang dan Istri yang membawa Genta Asuci Laksana. Untuk Ngaskara atau Ngastawa Genta dilaksanakan bersama-sama ketika Manggala selesai Mepuja.
Bagi Pinandita yang tidak membawa Genta mhn bersama-sama umat mengiringi dengan Kidung seperti Kidung Wargasari atau Brahmara Ngisep Sari.

Lalu apa yang dilakukan Pinandita dalam Asuci Laksana?

a) Mensucikan diri mulai Asana, Pranayana, Karosudhana. Silahkan kalau ada yang sudah biasa Ngelinggihang Bhatara……

b) Mensucikan Sarana di arepan seperti: Dupa, Bunga, Bija dan Sangku Tirtha.

c) Nunas/Ngarga Tirtha Pawitra untuk di siratkan ke Siwadwara, ke Genta dan mensucikan Canang Sari sebagai persembahan.

d) Aturkan dan ayabang Canang Sarinya. Sampai disini Stop dan tetap Ening.  Tinggal Ngaskara/Ngastawa Genta, yang akan dilaksanakan bersama-sama ketika Manggala sudah selesai Mepuja.

2.  Manggala selesai Mepuja/matur Piuning, Pengenter mempersilahkan Pinandita bersama-sama Ngaskara Genta.

Apa yang Pinandita dilakukan?

Ambil Genta, di asepi posisikan di depan ulu hati lalu astawayang. Ada tiga bait mantra Ngastawa Genta, untuk Mangku istri silahkan ambil satu atau dua bait (maklum karena tidak pernah nganteb). Untuk Pinandita Lanang ketiga mantra di ucapkan.
Sesudah Ngastawa dilanjutkan dengan Meklenir 3X (pentil palet Genta 3X) lanjutkan dengan nyerayang, dan letakkan Genta kembali.

Catatan:
Jangan terlalu lama agar yang lain tidak kelamaan menunggu.

3.  Pengenter acara mengajak dan memimpin Pinandita yg tidak bawa Genta dan Umat sedharma Asuci Laksana, seperti biasa Asana, Pranayana, Karosudhana dan amusti karana untuk bersama-sama Puja Trisandhya di ikuti semua Genta. (Kecuali ada Doa Penuntun) Puja Trisandhya di mulai usai Puja Penuntun.

4.  Kramaning Sembah hanya Manggala yang pakai Genta.

5.  Dilanjutkan dengan Japam, silahkan pilih Gayatri Mantram dengan Reng Sruti, Majapahitan atau versi India sesuai kesepakatan, ini perlu disampaikan ke peserta.
Japam bisa diambil 33, 54 atau 108 sesuai jumlah japa mala. Japam di dahului dengan prenawa OM 3 kali. Disepakati utk Santi Puja Gayatri Mantram cukup 33 kali dengan pertimbangan mempertahankan konsentrasi dan tentunya faktor usia peserta.

6.  Murwa Daksina dilakukan 3 kali di usahakan Pinandita Pura setempat di depan, umumnya nguncarang Panca Aksara Na Ma SI WA Ya untuk meng agungkan Siwa, yang mana Padmasana merupakan symbul Lingganya Siwa.

7.   Seluruh peserta berjejer di depan Padmasana, ketika semua sudah berdiri di depan Padma maka Pengenter memperlambat mantra terakhir juga dengan Suara lebih tinggi dan di tutup dengan Parama Santih.
Peserta di ajak Ening, selama Ening tidak ada mantra atau Sloka yang di uncarkan. Ditutup dengan Ening Selesai.
Seluruh Dupa dikumpulkan dan kembali ke tempat.

8.  Pinandita Pura setempat dibantu Pinandita lain menyiratkan Tirta Wangsung Pada ke umat dan mengisi Sangku Tirta dimasing-masing meja Pinandita.